Tragedi Meninggalnya Siswa SMK di Nias Selatan: Keluarga Minta Minta Otopsi
Tragedi Meninggalnya Siswa SMK di Nias Selatan: Keluarga Minta Minta Otopsi
Keluarga dan orang tua Yaredi telah setuju untuk melakukan otopsi guna mengetahui penyebab pasti kematian anak mereka. "Dalam perkara ini perlu dilakukan pembuktian secara lebih mendalam, karena kejadian sudah berlalu selama tiga minggu dan kemungkinan perlu diadakan otopsi," kata Kapolres Nias Selatan, AKBP Boney Wahyu Wicaksono, melalui Kasi Humas, Bripka Dian Octo Tobing. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa kebenaran akan terungkap dan keadilan akan ditegakkan.
Menurut Bripka Dian Octo Tobing, seluruh keluarga dan orang tua korban telah bersedia menyerahkan jenazah Yaredi untuk dilakukan otopsi. Hal ini menunjukkan keseriusan mereka dalam mencari keadilan atas kematian tragis anak mereka. Pihak kepolisian dari Polres Nias Selatan juga telah berkomitmen untuk melakukan penyelidikan lebih mendalam terkait kasus ini.
Pada Senin, 15 April 2024, Penyidik Pembantu, Bripda Ganda Manullang dan Bripda Rahmat Bulolo, tiba di RS dr. M. Thomsen Nias untuk melakukan wawancara dan melihat keadaan korban. Namun sayangnya, Yaredi tidak dapat memberikan keterangan karena dalam keadaan kritis, dan akhirnya meninggal dunia pada hari yang sama setelah Maghrib. Kematian Yaredi meninggalkan pertanyaan besar tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan siapa yang bertanggung jawab atasnya.
Keluarga korban menduga bahwa penyebab kematian Yaredi disebabkan oleh tindakan oknum Kepala Sekolah berinisial SZ. Kejadian ini diduga terjadi pada Sabtu, 23 Maret 2024, di salah satu gedung ruangan kelas. "Korban dipukul di bagian kening sebanyak lima kali," ungkap Bripka Dian Octo Tobing, mengutip keterangan dari orang tua korban. Ini adalah tuduhan serius yang menuntut penyelidikan menyeluruh dan pengungkapan kebenaran.
Pihak keluarga juga memberikan kronologi peristiwa yang mengarah pada kematian Yaredi. Pada Rabu, 27 Maret 2024, ibu Yaredi pulang dari ladang dan mendapati anaknya mengeluh sakit kepala. Namun, tidak diduga bahwa keluhan tersebut akan berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius. Pada Jumat, 29 Maret 2024, kondisi Yaredi semakin memburuk dengan demam tinggi dan mengigau. Ibu Yaredi mulai curiga dan mencari tahu penyebab penyakit anaknya. Akhirnya, pada Selasa, 9 April 2024, Yaredi dibawa ke RSUD dr. M. Thomsen Nias untuk perawatan medis. Dan pada Kamis, 11 April 2024, keluarga dan saksi membuat laporan polisi di Polres Nias Selatan.
Kematian Yaredi telah meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga dan masyarakat setempat. Mereka menuntut agar proses hukum dilakukan secara profesional dan menyeluruh terkait kecurigaan atas meninggalnya Yaredi. "Seluruh keluarga beserta orang tua korban berharap agar dilakukan tindakan proses hukum secara profesional terkait kecurigaan atas meninggalnya korban," kata Bripka Dian Octo Tobing.
Kasus ini menciptakan gelombang kekhawatiran dan keprihatinan di kalangan masyarakat setempat. Mereka menuntut agar kebenaran segera terungkap dan pihak yang bertanggung jawab diadili sesuai dengan hukum yang berlaku. Kematian Yaredi harus menjadi pengingat bahwa setiap individu berhak atas keamanan dan perlindungan, terutama di lingkungan sekolah.(TN)
Posting Komentar